Menjadi Wanita Salihah
Raden Ajeng Kartini adalah sosok perempuan yang diberi gelar pahlawan nasional berkat jasanya memperjuangkan emansipasi wanita. Peran perempuan tidak dapat dipandang sebelah mata.
Karena perempuan adalah kaum lembut yang punya banyak peran di dunia. Termasuk perannya dalam menyebarkan perdamaian di tengah-tengah konflik yang ada.
Dan terutama bagi wanita-wanita salihah yang dapat memahami ajaran agama Islam dengan sebenar-benarnya.
Seorang mahasiswi asal Prancis berkunjung ke Pondok Pesantren An-Nur II “Al-Mutadlo,” Jum’at malam, 25 Januari 2019. Samia, nama akrabnya, adalah warga negara Prancis kelahiran Tunisia. Pada kunjungannya ini, ia sempatkan menemui KH. Fathul Bari sebelum memberikan beberapa motivasi kepada para santri putri di lokasi pondok putri. Hadir bersama seorang motivator, Kak Acun, kehadirannya kali ini adalah untuk mengenal lebih dekat tentang pendidikan pondok pesantren, terutama terhadap perempuan.
Sebagai mahasiswi S2, Samia fokus terhadap penelitiannya tentang peranan perempuan muslim. Kepada beberapa para santri putri, ia bertanya perihal apa yang terpenting bagi seorang muslimah. Menanggapi pertanyaan itu, beberapa santri menjawab, yang terpenting adalah seorang muslimah harus salihah dan ber-ahlakhul karimah (ahlak mulia). Sedang jawaban dari pertanyaan tentang arti perempuan kuat adalah perempuan yang ikhlas menerima segala keadaan.
Menjadi seorang muslim di negara mayoritas non-muslim bukanlah suatu hal yang mudah, terlebih bagi muslimah sepertinya.
Menjadi seorang muslimah di sana itu sangat terlihat karena kami harus memakai hijab,” tuturnya dalam suatu wawancara khusus dengan Media-Tech An-Nur II. Untunglah Samia punya seorang ibu yang terus mendukungnya untuk menggapai cita-citanya. “Jangan takut! Selalu ada tuhan” pesannya.
Baginya yang terpenting bagi seorang perempuan salihah adalah rasa kemanusiaan yang besar. Dan juga seorang perempuan haruslah mempunyai pendidikan yang baik. Karena perempuanlah yang akan mendidik anak-anaknya. “Perempuan juga harus bisa berdiri sendiri untuk hidup mandiri,” tambahnya.
Untuk menjadi seorang perempuan sallihah, ia menambahi, harus dimulai dari diri sendiri, yaitu dengan bersikap jujur dan juga mengamalkan nilai-nilai keagamaan.
Dan nilai-nilai keagamaan itu bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga penting untuk berbagi dengan orang lain. “Karena perempuan salihah adalah orang yang juga bermanfaat bagi orang lain,” tambahnya. Dan selain itu, tentu saja seorang muslimah yang salihah haruslah rajin beribadah kepada tuhan serta terus belajar.
Tentang sosok perempuan salihah yang terbaik, baginya itu merupakan urusan hati masing-masing pribadi. Karena kesalihan seorang muslimah itu tidak dapat dilihat dari fisiknya saja, melainkan lebih kepada batinnya. Dan itu semua dapat dilihat dari kepribadiannnya. “Seorang muslimah itu dapat dilihat dari kerendahan hatinya dan rasa kepeduliannya kepada orang lain,” tuturnya.
Dan semua kepribadian itu dapat dididik melalui pendidikan pondok pesantren. Menurut Samia, pondok pesantren sarat akan ilmu pengetahuan agama Islam. Dan dengan pengetahuan itu, ia yakin bahwa perempuan dapat menyebarkan ajaran agama Islam untuk masa depan yang lebih baik. “Mereka akan dapat berdakwah, mengajarkan kepada banyak orang tentang Al-Qur’an dan arti-arti dari kehidupan yang sebenarnya,” tuturnya menambahi.
Tentunya nilai-nilai inilah yang harus dipertahankan demi kebaikan di dunia, bahkan di akhirat. Sebenarnya Samia ingin mendalami ilmu agama Islam
Leave a Reply