5 Hal Yang Jarang Diketahui Tentang Kiai Badruddin

5 Hal Yang Jarang Diketahui Tentang Kiai Badruddin
Gelar tertinggi Kiai Badruddin yang disebutkan pembawa acara dalam berbagai acara adalah “Kiai Haji” gelar diberikan masyarakat.

1. Macam-Macam Panggilan Kiai Bad

Gelar tertinggi Kiai Badruddin yang disebutkan pembawa acara dalam berbagai acara adalah “Kiai Haji” -gelar non formal yang diberikan masyarakat. Tidak ada gelar akademis apapun dalam nama beliau. Memang, MI –setingkat SD adalah tingkat pendidikan formal terakhir beliau. 

Meski begitu, beberapa orang pernah bercerita bahwa Kiai Badruddin pernah menolak gelar kehormatan Doktor (Honoris Causa). Hal ini dibenarkan oleh KH. Fathul Bari. 

Sebelum dipanggil “Kiai” beliau dulu dipanggil Gus Bad –mengingat beliau putra pertama KH. Anwar Nur. Dan ketika beliau menjadi pengajar di Pondok Pesantren Sidogiri, beliau dipanggil Ustaz Badruddin. Keterangan ini didapatkan dari persaksian KH. Syaifuddin –murid beliau di Sidogiri. 

Dan semasa mengajar di MTs An-Nur –sekolah yang beliau rintis, Kiai Badruddin dipanggil Pak Bad oleh guru-guru lain. Perihal ini, disampaiakn oleh Pak. Kasnadi, pengajar MTs An-Nur di masa itu.

2. Menghafal Kitab Bhulughul Maram

Soal kitab yang dihafal Kiai Badruddin, yang masyhur di kalangan santri beliau menghafal kitab Alfiyah Ibnu Malik bolak-balik –dari nazam pertama sampai terakhir, dari nazam terakhir sampai pertama. Dan untuk menghafal, para santrinya percaya beliau sampai merendam kakinya di sungai supaya tidak mengantuk saat menghafal. 

Namun  sedikit yang tahu bahwa Kiai Badruddin juga pernah hafal kitab Bulughul Maram beserta madlulnya. Syaifuddin –murid beliau di Sidogiri, mengaku Ustaz Badruddin kalau mengajar kitabnya ditutup.  

Ada empat kitab lain yang beliau hafal. Itu berkat gurunya mengutus beliau menggembala lima kambing dari dua puluh –semisal beliau disuruh menggembala seluruh kambing, mungkin beliau akan menghafal dua puluh kitab.

3. Karangan buku beliau 

Siapa sangka bahwa Kiai Badruddin pernah menuliskan sebuah buku tentang salat. Buku yang berjudul “Jangan Tinggalkan Salat” itu merupakan terjemahan dari kitab Azzajru ‘An Tarki As-Salat. 

Kiai Badruddin sendiri yang menerjemahkan dan menulis. Sampai sekarang masih ada manuskrip asli dari tulisan tangan beliau itu. Sudah pernah ada rencana untuk menerbitkan buku tersebut. Dari data di Mediatech An-Nur II, buku itu sudah masuk proses pengetikan dan layout. Dan sesegera mungkin kita akan bisa membaca buku. 

4. Dilahirkan di Bulan April

Banyak yang tahu beliau wafat di bulan Februari 2017. Namun jarang sekali yang tahu bahwa beliau lahir pada 02 April 1942. Sehingga untuk lebih mengenalkan tanggal lahir ini, Dr. KH. Fathul Bari, menginstruksikan kepada kepala kamar untuk mengumumkan pada para santri. 

Peringatan hari lahir seorang tokoh perlu untuk diperingati –disamping peringatan haul setiap tahun. Seperti halnya “Maulid Nabi” yang diperingati setiap 12 Rabiul Awwal, lahir lahir Kiai Badruddin juga perlu kiranya untuk dirayakan setiap 2 April. 

5. Merintis Sekolah Formal

Dalam buku “Sang Purnama 2” dijelaskan secara rinci tentang peran Kiai Badruddin merintis sekolah formal. Beliau memang bukan seorang sarjana, namun pendirian sekolah formal yang ada di An-Nur tidak bisa terlepas dari peran beliau. 

Dari MTs An-Nur yang didirikan di gedung bekas oven tembakau, MI An-Nur yang sempat ditutup hingga pendirian SMA An-Nur yang menuai pro-kontra tidak terlepas dari jerih payah Kiai Badruddin bersama orang-orang di sekitarnya. Untuk lebih detailnya, kisah ini diceritakan dalam buku “Sang Purnama 2” itu. 

(MFIH)

Awrad Santri

Tawassul

Waqiah

Istighosah

Yasin&tahlil

Burdah