“Bagaimana sikap kita dalam menghadapi bulan Ramadhan? Kalau selama sebelas bulan lalu kita banyak berkubang pada hal-hal tak berfaedah, maka dalam bulan mulia ini sisakan untuk beribadah.”
Demikianlah pernyataan Kiai Zainuddin Badruddin dalam pembukaan Pasar Waqiah Ramadhan, Senin, 06 Mei 2019. Digelar di masjid An-Nur II, Pasar Waqiah Ramadhan ini akan digelar rutin setiap hari mulai malam kedua hingga malam ke-27 Ramadhan. Dan pada malam pembukaan ini tema yang diangkat adalah “Menyambut Bulan Ramadhan”.
Di hadapan para jamaah, Kiai Zainuddin mengingatkan bagaimana ulama terdahulu dalam menghadapi bulan suci ini. “Ulama dulu saat Ramadhan menulis rencana setahun ke depan,” tutur beliau. “Sebab pada bulan Ramdan ini pahala dilipat gandakan. Kalau biasanya melakukan kewajiban mendapatkan sepuluh pahala, maka saat Ramadhan dilipat gandakan menjadi tujuh puluh pahala.”
Selain itu, saat berpuasa, kita juga diajari kejujuran. Bagaimanapun lapar dan haus ketika berpuasa, saat ke kamar mandi pun kita tak akan berani meminum air meski tak diawasi. Sebab kita merasa puasa adalah kewajiban yang berat untuk ditinggalkan. “Seandainya ilmu kejujuran dalam puasa ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak akan ada namanya korupsi dan lain sebagainya,” imbuh Kiai yang juga penulis buku Hikam Zain ini.
*Keistimewaan dari Allah*
Beliau melanjutkan, dalam bulan Ramadhan Allah memberi keistimewaan pada umat Nabi Muhammad yang tak pernah diberikan pada umat nabi sebelumnya. “Pertama, yakni bau mulut orang berpuasa di sisi Allah lebih baik daripada minyak misik, kasturi, dan minyak wangi lainnya,” imbuh Kiai Zainuddin.
Oleh karenanya, dalam ilmu fikih, dimakruhkan untuk bersiwak, atau kalau dalam bahasa sekarang bisa diartikan dengan menggosok gigi. Sebab setelah bersiwak atau menggosok gigi bau mulut akan berubah, tidak lagi seperti bau mulut orang yang berpuasa.
Kedua, malaikat akan mendoakan ampunan bagi orang yang berpuasa hingga ia berbuka. Bahkan, waktu menjelang berbuka merupakan waktu doa mustajab. Maka, tak heran jika di Makkah dan Madinah banyak orang yang menunggu azan Magrib dengan berdiam diri di masjid untuk memperbanyak doa.
Dan yang ketiga adalah setan banyak yang dibelenggu. Mereka tidak bisa lagi menggoda keturunan Adam untuk bermaksiat. Namun, jika masih ada yang bermaksiat, hal tersebut bukanlah sebab godaan setan, melainkan karena tuntunan hawa nafsu.
*Menghormati Ramadhan*
Sebagai bulan yang mulia, Ramadhan layak kita hormati. Banyak kemuliaan yang akan kita dapatkan dalam menghormati bulan Ramadhan. Salah satunya seperti kisah seorang majusi (penyembah api) berikut.
Dikisahkan, ada seorang majusi melihat anaknya sedang makan di keramaian. Sedang, saat itu adalah bulan Ramadhan. Dan pastinya banyak orang Islam yang sedang berpuasa. Lalu karena dengan alasan menghormati bulan suci umat Islam, meski bukan bulan suci agamanya, ia pun marah.
“Wahai anakku, jangan makan di sembarang tempat karena orang-orang banyak yang berpuasa.” Kira-kira begitu kata si majusi memarahi anaknya.
Selang berapa lama, si majusi meninggal dunia. Akhirnya seorang ulama bertemu si majusi itu. Ulama tersebut kaget melihatnya di akhirat masuk surga. “Kamu kan tetanggaku majusi dulu? Kenapa kamu bisa enak di alam kubur?” tanya ulama. “Ini sebab aku memarahi anakku yang makan di tengah orang berpuasa,” jawab majusi.
Sebab kehormatan si majusi kepada bulan Ramadhan, ia diberi kemuliaan oleh Allah. Sebelum meninggal Allah memberi hidayah masuk Islam kepada si majusi itu. Akhirnya ia ditempatkan di tempat yang baik di surga.
Pengajian pun dilanjutkan dengan salat hajat dan pembacaan surat waqiah yang dipimpin oleh KH. Fadhol Ahmad Damhuji. Pengajian ini akan berlanjut hingga malam ke-27 Ramadhan setelah tarawih. Dan bagi siapa pun yang berkenan ikut, pengajian ini dibuka untuk umum. Maka, mari kita niatkan hadir di pengajian Pasar Waqiah Ramadhan lengkap mulai saat ini hingga hari penutupan.
(Mumianam/Media-tech An-Nur II)
Leave a Reply