Zuhud Tekhnology, Cara Zuhud Kekinian

Zuhud Tekhnology, Cara Zuhud Kekinian

“Insyaallah ini ringan dan mudah,” ujar Habib muda yang akan menerangkan hadist ke-31 dalam Kitab Arbain Nawawi. Beliau adalah Habib Taufiq bin Muhammad Baraqbah.

Malam ini Majlis Maulid wa Ta’lim Riyadlul Jannah diadakan di Pondok Pesantren An-Nur II, Ahad, 24 November 2019. Di tempatkan di Pesantren Wisata ini, guna memperingati seribu hari kewafatan Allahummarhan KH. M. Badruddin Anwar yang tutup usia 2017 lalu.

Sebagaimana rutinan pembacaan maulid 40 malam yang sudah memasuki malam ke-26 ini, Habib Taufiq menjelaskan tentang “Zuhud Terhadap Dunia.” Dimana Zuhud sendiri menjadi suatu amalan yang dicintai Allah dan seluruh manusia.

Dijelaskan pada kitab tersebut, keutamaan zuhud ini berawal dari Abdil Abbas yang bertanya pada Rasul tentang satu amalan yang dicintai Allah dan disenangi manusia. Rasul pun menjawab, “Zuhudlah terhadap kehidupan dunia!”

Zuhud Terdahap Dunia

Zuhud bukan berarti hidup dalam kemiskinan. “Hidup di dunia kudu berduit,” jelas Habib Taufiq. Ini untuk menampik anggapan seseorang yang mengatakan bahwa zuhud berarti hidup dalam kekurangan dan bermalas-malasan. “Tura-turu, ngopa-ngopi bilangnya zuhud, itu salah,” ujar Habib Taufiq menjelaskan.

Zuhud yang sebenarnya adalah keadaan hati yang tidak bergantung pada kehidupan dunia. Sehingga, terang beliau, ketika dunia datang dan pergi, kita tidak mengambil hati. “Ketika kita dapat banyak dunia, dunia itu hanya senyum saja pada kita, tidak usah baper,” terang beliau.
Hal ini telah dicontohkan oleh Nabi SAW, dimana beliau sangat bisa untuk bermewah-mewah dengan harta melimpah. “Rasul itu benar-benar berpaling dari gemerlapnya dunia,” tambahnya.

Meski begitu, Habib Taufiq menerangkan, bukan berarti Nabi SAW bermalas-malasan. Di usia sembilan tahun, Nabi mulai mengenal dunia perdagangan. Dan di usia sebelas, dua belas tahun, Nabi menjadi penggembala kambing-kambing milik penduduk Makkan dan menerima upah dari jasa itu.

Dari sedikit upah yang didapat dari menggembala, Nabi mendapat keuntungan besar saat memimpin kafilah perdagangan milik Siti Khodijah. Artinya Nabi SAW mulai merintis karirnya sejak usia dini dan merangkak naik hingga beliau menjadi seorang saudagar yang sukses.

“Ini lo, Nabi Muhammad tidak malas!” tegas Habib Taufiq. “Kalau pemuda sekarang sibuk main Tik-Tok saja, mau jadi apa masa depannya?”

Perihal berprofesi ini, Habib Taufiq menegaskan bahwa perempuan juga boleh untuk meniti karir berprofesi. Hal ini mencontoh dari apa yang telah dilakukan Siti Khodijah, seorang saudagar perempuan yang sukses.

Tidak hasud, iri terhadap apa yang dimiliki orang lain, termasuk dalam artian zuhud. “Orang lain punya apapun, jangan iri!” jelas beliau.

Zuhud Tekhnologi, Cara Zuhud Kekinian

Menjauhi gemerlapnya dunia berarti juga zuhud terhadap tekhnologi. Artinya, kita harus bijak dalam menggunakan tekhnologi. “Kita yang harus bisa memanfaatkan tekhnologi bukan dimanfaatkan tekhnologi,” terang beliau.

Di era kekinian ini, Habib Taufiq berpendapat bahwa sebagian besar pengguna tekhnologi masih belum bisa memanfaatkan tekhnologi tersebut dengan benar. Justru sebaliknya, tekhnologi yang memanfaatkan penggunanya dan menimbulkan suatu ketergantungan.

Maka dari itu, nilai-nilai zuhud juga harus diterapkan dalam bertekhnologi. Yaitu dengan cara tidak menggantungkan diri pada tekhnologi tersebut. “Biarkan tekhnologi hanya ada di genggaman kita, tetapi tidak sampai masuk dalam hati kita,” terang beliau.

Dan untuk mencegah ketergantungan itu, seseorang harus punya bekal mental yang kuat. Dan salah satu cara untuk membentuk mental yang kuat tersebut adalah, “Dengan belajar dan mengikuti kajian-kajian,” jelas Habib Taufiq.

“Zuhudlah kamu, maka Allah akan mencintaimu dan semua manusia akan menyayangimu,” tutup beliau di akhir pengajiannya.

(MFIH/Mediatech An-Nur II)

Awrad Santri

Tawassul

Waqiah

Istighosah

Yasin&tahlil

Burdah